Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Garis-garis Kehidupan

Gambar
Oleh Ardian Je Aliran air Sungai Amu Darya, sungai pemisah sejumlah republik di Asia Tengah, seolah mengalir di hadapan saya, ketika saya membaca Garis Batas (Gramedia Pustaka Utama, 2011) karya travel writer Agustinus Wibowo. Buku setebal 510 halaman itu mesti saya baca dan nikmati dengan sabar, dengan sepenuh hati. Terkadang, saya merasa greget —ingin mengunjungi tempat yang dideskripsikan sang penulis—saat membacanya. Ingin rasanya memakan roti nan di Tajikistan, melihat-lihat hal luar biasa yang terjadi di Kirgistan, berjalan di atas tumpukan salju di Kazakhstan, menggoda wanita-wanita cantik Uzbekistan, serta berkeliling kota dengan biaya transportasi murah di Turkmenistan. Tetapi saya mesti bersabar dan menabung terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan—berkeliling Indonesia, Asia Tenggara, dan negara-negara lainnya. Dengan perjalanan yang telah dilakukannya di lima negara Asia Tengah itu, tentunya Agustinus telah banyak mereguk “air kehidupan”, menjengkali gar

Hukuman bagi Seorang Mata-mata

Gambar
Judul: Mata Hari Penulis: Paulo Coelho Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tebal: 192 halaman Cetakan: 2016 ISBN: 978-602-03-3613-8 Menjadi seorang mata-mata merupakan tugas yang sulit dan penuh risiko, terlebih bagi seorang perempuan. Namun hal itu mesti dilakukan Mata Hari. Sebenarnya, tujuan utama hidupnya ialah menjadi manusia yang bebas dengan menjadi seorang penari andal. Namun takdir membawanya ke dunia yang lebih jauh, yaitu menjadi seorang mata-mata dalam pusaran peperagan antara Prancis dan Jerman di awal abad kedua puluh. Sebuah koran mengabarkan, Rudolf MacLeod, perwira ketentaraan Belanda, sedang mencari pasangan hidup. Rudolf akan membawa pasangan hidupnya tinggal di Indonesia, karena Rudolf ditugaskan di sana. Mata Hari yang berparas cantik dan bertubuh seksi mengambil kesempatan itu, agar ia bisa melihat negeri lain dan hidup mewah, meski harus menikah dengan pria yang lebih tua 21 tahun darinya. Mereka menikah pada 11 Juli 1895. Sayang, kebaha

Pelatihan Menulis Puisi dan Cerpen di SMAIT Raudhatul Jannah Cilegon

Gambar
Oleh Ardian Je Selasa-Rabu (18-19 Juli 2017), saya, Abdul Salam HS dan Ade Ubaidil menjadi narasumber dalam pelatihan menulis puisi dan cerpen di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) Raudhatul Jannah (RJ) Cilegon. Kami bertiga, dalam kesempatan yang baik itu, datang ke sana atas nama Rumah Dunia (RD). *** Beberapa pekan sebelumnya, Bu Tias—panggilan saya kepada Tias Tatanka, salah satu pendiri RD—mengabari saya bahwa SMAIT RJ akan mengadakan pelatihan menulis. Orang yang menghubungi Bu Tias adalah Bu Nisa, guru bahasa Indonesia SMAIT RJ. Bu Nisa ingin para siswa di sekolah tempatnya mengajar diajari menulis.             Setelah berkomunikasi dengan Bu Nisa via Whatsapp (WA), saya menyempatkan diri untuk datang ke SMAIT RJ. Dari Kubang Gede--rumah mertua, tempat saya kini tinggal bersama istri dan anak saya--saya mengendarai sepeda motor, melewati Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilegon dan jalan layang di Cibeber, masuk ke kawasan Pondok Cilegon Indah (PCI), me