Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Ziarah Sang Alkemis

Oleh Ardian Je Ziarah bagi kebanyakan orang mungkin merupakan sebuah perjalanan ke suatu tempat yang keramat atau suci. Tapi tidak bagi Paulo Coelho. Penulis novel Ziarah dan Sang Alkemis itu melakukan ziarah—sekaligus perjalanan—tidak hanya ke tempat-tempat keramat atau suci, melainkan juga ke tempat-tempat yang dianggap biasa. Namun, di balik itu, ia malah menemukan sesuatu yang luar biasa yang dialami orang-orang biasa yang ditemuinya. Dari sanalah ia belajar memahami kehidupan, dan ziarah atau perjalanan yang dilakukannya bukan perjalanan ragawi biasa, melainkan perjalanan spiritual yang penuh makna. Dalam buku Seperti Sungai yang Mengalir (Gramedia Pustaka Utama, 2012), terhimpun tulisan-tulisan Paulo Coelho mengenai buah pikirannya dan renungan tentang kehidupan. Buah pikiran dan renungan itu ia temukan dalam perjalanan-perjalanannya ke negara-negara yang dikunjunginya dalam acara seminar atau ceramah kepenulisan. Banyak pula pelajaran yang didapatkannya melalui obrol

Tradisi, Islam, dan Masalahnya

Gambar
Judul: Fiqih Tradisi: Cara Baru Memandang Tradisi Islam di Indonesia Penulis: Ahmad Bisyri Syakur Penerbit: Salamadani Cetakan: I, Maret 2013 ISBN: 978-602-7817-06-7 Tebal: xxvi + 262 halaman Oleh Ardian Je Agama adalah salah satu hal yang paling sakral bagi manusia, meski ada di antara manusia itu sendiri yang tidak memiliki dan percaya pada agama ataupun Tuhan. Di setiap perputaran roda kehidupan dan zaman, agama dan seluruh tata cara pelaksanaannya, selalu menarik untuk diperbincangkan, untuk mencoba memenuhi kepuasan atau jawaban yang belum pernah dijumpai. “Dengan seni, hidup jadi lebih indah. Dengan agama, hidup jadi lebih terarah,” begitulah kata para pemuka agama ketika menyampaikan dakwahnya di majelis ilmu. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia—secara sadar maupun tidak; dan sengaja maupun tidak sengaja—menciptakan sejarah dan tradisi. Seperti yang kita ketahui, sejarah dan tradisi   menjadi darah yang mengalir dalam jiwa kehidupan manusia secar

Camat Ikhsan dan Pemimpin yang Dirindukan Banten

Gambar
Oleh Ardian Je Menjalani kehidupan di dunia pemerintahan sebagai pemegang jabatan sangatlah sulit dan pelik, karena dipenuhi dengan intrik dan kepentingan yang kerap mengantarkan pada konflik. Di saat itulah kebijaksanaan, kepercayaan, akal sehat hingga keimanan diuji. Jika seseorang berani menghadapi ujian tersebut dan melewatinya, bukan lari darinya, maka ia bisa dinyatakan lulus dari ujian kehidupan. Dalam kehidupan, ujian merupakan hal yang tak terelakkan. Begitu pula dalam kehidupan di dunia pemerintahan: jabatan adalah bentuk nyata dari ujian itu sendiri, sekaligus ladang pendulang amal kebaikan dan kebajikan. Hal demikian dapat kita temukan dalam novel Sajadah Lipat Pak Camat (Tinta Medina, 2015) karya Riyanto El Harist, salah seorang PNS di Serang. Menjadi seorang pemegang jabatan berarti mesti melaksanakan tugas dengan baik dan mampu menjaga diri dari godaan, terlebih pada godaan yang sekiranya hanya menguntungkan pribadi ataupun kelompok, sementara di sisi la

Menciptakan Budaya Literasi di Sekolah

Gambar
Oleh Ardian Je Kata penyair sekaligus dramawan kawakan Indonesia WS. Rendra, ujung tombak perjuangan kebudayaan adalah pendidikan. Pendidikan juga disebut-sebut sebagai salah satu faktor penting dalam kemajuan dan peradaban suatu bangsa. Jika potret kenyataan dunia pendidikan itu buruk, maka akan buruk pula suatu bangsa. Kurang-lebih begitu analoginya. Satu pertanyaan kecil pun munucul: Bagaimana potret dunia pendidikan di suatu bangsa atau daerah? Baguskah? Atau malah kebalikannya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, mari kita tengok sejenak budaya literasi (keberaksaraan, baca-tulis) di negara-negara tetangga kita, karena dari budaya literasi itulah pendidikan dan kemajuan bangsa akan tercipta. Mari kita lihat Singapura, yang masyarakatnya dari segi jumlah penduduk jauh—bahkan sangat jauh—lebih sedikit dengan Indonesia. Pendidikan di sana maju. Karena masyarakat Singapura rajin membaca buku. Di dalam bus kota, di dalam kereta cepat bawah tanah (MRT), di tempat-t

Spotlight, Pers, Kemanusiaan

Gambar
Oleh Ardian Je Ada sebuah kalimat pernyataan yang menarik ter kait dunia jurnalistik, media atau pers: “Suatu koran bisa berfungsi secara maksimal jika bekerja secara independen.” Kalimat itu diucapkan Marty Baron (diperankan oleh Liev Schreiber) dalam film Spotlight (2015), sebuah film yang mendapat penghargaan Oscar di tahun 2016 ini sebagai film terbaik. Barangkali ini bukan sekadar pernyataan. Barangkali ini adalah sebuah moto pers dalam kepala tokoh Baron. Atau barangkali harus beginilah sebuah unit (baca: pers) harus berbuat. Spotlight Baron, lelaki Yahudi berkacamata, editor baru Spotlight , langsung membuat kebijakan yang menggebrak, yang mengejutkan tim reporter yang belum mengenalnya sebagai kolega ataupun pribadi. Ia orang baru di Spotlight , sebuah tim investigasi berita di harian The Boston Globe , Boston, Amerika Serikat. Ia ingin menggali dan menunjukkan ada sesuatu yang tak beres di kota itu: pencabulan anak-anak di bawah umur yang dilakukan oleh para