Hukuman bagi Seorang Mata-mata
Judul:
Mata Hari
Penulis:
Paulo Coelho
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Tebal:
192 halaman
Cetakan:
2016
ISBN:
978-602-03-3613-8
Menjadi
seorang mata-mata merupakan tugas yang sulit dan penuh risiko, terlebih bagi
seorang perempuan. Namun hal itu mesti dilakukan Mata Hari. Sebenarnya, tujuan utama
hidupnya ialah menjadi manusia yang bebas dengan menjadi seorang penari andal.
Namun takdir membawanya ke dunia yang lebih jauh, yaitu menjadi seorang
mata-mata dalam pusaran peperagan antara Prancis dan Jerman di awal abad kedua
puluh.
Sebuah koran mengabarkan, Rudolf MacLeod, perwira ketentaraan Belanda, sedang mencari pasangan hidup. Rudolf akan membawa pasangan hidupnya tinggal di Indonesia, karena Rudolf ditugaskan di sana. Mata Hari yang berparas cantik dan bertubuh seksi mengambil kesempatan itu, agar ia bisa melihat negeri lain dan hidup mewah, meski harus menikah dengan pria yang lebih tua 21 tahun darinya. Mereka menikah pada 11 Juli 1895.
Sayang, kebahagiaan itu hanya sesaat, dan berubah menjadi nestapa. Saat tinggal di Indonesia, Rudolf sering main perempuan dan berlaku kasar padanya. Akhirnya, Mata Hari kembali ke Belanda, lalu mencoba meniti karier di Paris, Prancis, sebagai penari.
Aku menari di depan tiga ratus penonton, termasuk wartawan, selebritis, dan paling sedikit dua duta besar—satu dari Jepang dan satu dari Jerman (hal 65). Setelah pementasan pertama itu, Mata Hari jadi terkenal, terutama di kalangan elit pejabat. Para pejabat jatuh cinta pada Mata Hari, mengajaknya berkencan, dan tidur. Mata Hari memaksimalkan situasi itu untuk kelangsungan hidupnya.
Tak ada gading yang tak retak. Seiring bertambahnya usia dan berat badan, Mata Hari mulai dilupakan. Banyak yang mulai tidak menyukai dirinya, menganggapnya pelacur. Ia pun pindah ke Jerman pada tahun 1914, atas undangan seorang pejabat, dan harga kontraknya lebih mahal.
Mata Hari segera menari untuk pertama kalinya di Jerman. Namun dibatalkan. Tentara-tentara Jerman naik ke panggung dan berkata semua pertunjukan di gedung-gedung konser dibatalkan (hal 107). Itu karena Jerman ingin mencegah Prancis menggalang kekuatan. Jerman sedang menyerbu Belgia, dan tujuh divisi menyerang Prancis dengan senjata lengkap.
Karena Mata Hari kenal banyak orang penting di Prancis, ia ditawari menjadi mata-mata oleh konsul Jerman. Setelah menerima tawaran itu, ia malah datang ke Kapten Ladoux, kepala anti-spionase, menyatakan siap bekerja untuk Prancis. Sejak hari kau (Mata Hari) mengunjungi Kapten Ladoux, mereka menyimpulkan kau berniat menjadi agen ganda (hal 150).
Saat itulah Mata Hari dipermainkan. Korban, kambing hitam Kapten Ladoux yang memperalatmu (Mata Hari) dalam pertempuran internalnya sendiri dengan kolega-koleganya untuk mengambil alih pengelolaan umum dinas anti-spionase (hal 164-165).
Mata Hari dinyatakan bersalah menjadi mata-mata. Ia dipenjara di lantai 2 sel 12 Saint-Lazare, penjara wanita di Paris. Kemudian ia dibantu pengacara bernama Clunet, meminta pengampunan kepada Presiden, namun tak dikabulkan. Pada 15 Oktober 1917, Mata Hari dihukum mati dengan cara ditembak oleh dua belas orang anggota unit Infanteri Zovave, sebuah regu tembak, di barak Caserne de Vincennes, Paris.
Mata Hari adalah korban dari kebuasan para pemangku kepentingan yang serakah. Korban peperangan yang terjadi antara Jerman dan Prancis di awal abad kedua puluh. Novel ini merupakan potret hukum yang terjadi pada masa itu: Hukum digunakan untuk menghukum orang lain, meski orang lain itu tidak bersalah. Seorang atau sekelompok orang akan bersusah payah untuk memusnahkan orang lain demi kepentingan pribadi ataupun kelompok.
Komentar
Posting Komentar